Kamis, 25 November 2010

aLL about ikLan...

” IKLAN ”
Sejarah periklanan
Iklan tulis mulai dikenal sejak zaman Yunani kuno. Ketika itu, iklan berisi mengenai budak-budak yang melarikan diri dari tuannya atau mengenai penyelenggaraan pertandingan Gladiator, pada masa ini iklan hanyalah berupa surat edaran. Beberapa waktu kemudian barulah muncul metode periklanan yang ditulis dengan tangan dan dengan kertas yang lebih besar di Inggris. Iklan pertama yang dicetak di Inggris ditemukan pada Imperial Intelligencer Maret 1648. Sampai tahun 1850-an, di Eropa iklan belum sepenuhnya dimuat di suratkabar. Kebanyakan masih berupa pamflet, leaflet, dan brosur. Iklan majalah pertama muncul dalam majalah Harper tahun 1864.
Sementara itu, iklan pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda periode 1619 - 1629 Jan Pieterzoon Coen. J.P. Coen juga adalah penerbit Bataviasche Nouvelle, surat kabar pertama di Indonesia yang terbit tahun 1744, satu abad setelah J.P. Coen meninggal.

Definisi Iklan
Definisi iklan menurut KBBI adalah “berita atau pesan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.” Dari definisi diatas, terdapat beberapa komponen utama dalam sebuah iklan yakni “mendorong dan membujuk”. Dengan kata lain, sebuah iklan harus memiliki sifat persuasi.
Komponen lain dari sebuah iklan adalah adanya barang atau jasa yang ditawarkan. Di era sekarang ini, pengertian iklan menjadi diperluas lagi bukan hanya barang dan jasa yang ditawarkan, namun juga kondisi tertentu. Kita mengenal adanya istilah “iklan layanan masyarakat”. Dalam sebuah iklan layanan masyarakat, isi iklan tidak membujuk seseorang untuk membeli barang atau jasa tertentu. Iklan layanan masyarakat menawarkan suatu kondisi ideal atau sebuah kondisi yang lebih baik dalam sebuah masyarakat.
Salah satu iklan layanan masyarakat yang paling terkenal adalah iklan anti narkoba. Dalam iklan anti narkoba, pembaca iklan tidak disuruh, dibujuk atau didorong untuk membali narkoba. Namun sebaliknya, dalam sebuah iklan anti narkoba pembaca didorong untuk TIDAK membeli, mengkonsumsi atau bahkan mendekati narkoba. Di sini terlihat dengan jelas bahwa bukan barang atau jasa yang ditawarkan, melainkan sebuah tercapainya kondisi sebuah masyarakat yang bebas dari narkoba.

Syarat-syarat iklan adalah sebagai berikut :
1. Bahasa Iklan
a. Menggunakan pilihan kata yang tepat, menarik, sopan, dan logis
b. ungkapkan atau majas yang digunakan untuk memikat dan sugestif
c. Disusun secara singkat dan menonjolkan bagian-bagian yang dipentingkan
2. Isi iklan
a. objektif dan jujur
b. singkat dan jelas
c. tidak menyinggung golongan tertentu atau produsen lain
d. menarik perhatian banyak orang.

Kategori Iklan Baik
Sampai saat ini belum ada pengertian yang baku tentang desain iklan yang baik, tapi setidaknya ada tiga kriteria tentang desain yang baik, antara lain:
1. "It works" mencapai tujuannya, yaitu apa yang kita sampaikan dalam iklan tersebut sampai kepada orang yang kita tuju sehingga masyarakat atau target market kita tidak perlu berfikir keras untuk memahami apa yang mau kita sampaikan.
2. "It attracts" maksudnya adalah menarik bagi pengguna, selain orang memahami yang kita sampaikan, karena desain yang menarik dia juga akan dengan senang hati berlama-lama dengan desain yang kita buat.
3. "It organizes" yaitu tertata dengan baik, komponen komponen seperti gambar, tertata secara baik dan artistik, biasanya orang akan melihat dari urutan yang paling besar ke yang terkecil. Keteraturan dari desain itu, orang akan dengan mudah berpindah dari satu objek ke objek yang lain, tanpa menghilangkan makna yang mau kita sampaikan.

RUMUS AIDCA
Untuk menghasilkan iklan yang baik diperlukan Rumus Iklan AIDCA :
1. Attention (Perhatian)
2. Interest (Minat)
3. Desire (Kebutuhan/keinginan)
4. Conviction (rasa percaya)
5. Action (Tindakan)
1. Attention
Attention berarti bahwa iklan harus mampu menarik perhatian khalayak sasaran. Untuk itu, iklan membutuhkan bantuan ukuran, penggunaan warna, tata letak, atau suara-suara khusus. Hal ini mencakup: size untuk media cetak, air time untuk penyiaran, warna (spot atau full color), tata letak (lay out), jenis huruf, menggunakan headline, serta slogan yang mudah di ingat.
2. Interest
Iklan berurusan dengan bagaimana konsumen berminat dan memiliki keinginan lebih jauh. Dalam hal ini konsumen harus dirangsang agar mau membaca, mendengar, atau menonton pesan-pesan yang disampaikan. Perhatian harus segera ditingkatkan menjadi minat agar pembeli ingin mengetahui lebih rinci.
3. Desire
Bermakna bahwa iklan harus mampu menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut.
Contoh : LADY CARD, Special Card For Special Lady
Gudang Garam Selera Pemberani
4. Conviction
Mengandung arti bahwa iklan harus mampu menciptakan kebutuhan calon pembeli. Konsumen mulai goyah dan emosinya mulai tersentuh untuk membeli produk tersebut Kemudian untuk menimbulkan rasa percaya pada diri pembeli dengan menggunakan pembuktian para ahli, demo, menggunakan artis public figure serta memberikan pandangan positif pada konsumen tentang produk.
5. Action (Tindakan)
Mengandung arti bahwa iklan harus memiliki "daya" membujuk calon pembeli agar sesegera mungkin melakukan suatu tindakan pembelian. Dalam hal ini dapat digunakan kata beli, ambil, hubungi, rasakan, gunakan, dan lain-lain.

Selain rumus AIDCA, ada rumus lain untuk menilai iklan yang baik, yaitu rumus SUPER"A". Rumus SUPER"A" merupakan singkatan dari elemen-elemen berikut ini:
1. Simple (S)
Simple artinya sederhana. Untuk brand baru "sederhana" dipahami sebagai "dapat dimengerti sekali lihat". Contohnya Iklan Kit Kat dengan slogannya "ada break ada Kit Kat". Slogan ini dengan mudah masuk dalam ingatan kita bahwa Kit Kat adalah makanan ringan untuk waktu istirahat. Sebaliknya, untuk brand yang sudah mapan, sederhana dipahami sebagai tidak banyak elemen, namun tetap komunikatif. Dalam bentuk yang sederhana konsumen mampu menangkap adanya makna.
2. Unexpected (U)
Unexpected artinya tidak terduga. Di tengah derasnya arus iklan yang kita lihat setiap harinya, iklan yang baik adalah iklan yang idenya tidak terduga, di luar bayangan kita sehingga kita berdecak kagum. Iklan seperti ini akan selalu diingat dan menjadi the top of mind, paling tidak dalam segmentnya.
3. Persuasive (P)
Persuasif disebut juga dengan daya bujuk, yang berarti mempunyai kemampuan menyihir orang untuk melakukan sesuatu. Iklan yang berpersuasif mampu menggerakkan konsumen untuk mendekatkan diri dengan brand dan tertarik untuk mencobanya.
Jangan lupa, daya persuasif sebuah iklan harus diarahkan pada brand. Sasarannya adalah konsumen tertarik kepada brand sebuah produk. Jangan sampai yang menjadi the top of Mind konsumen adalah iklan, bukan brand itu sendiri.
4. Entertaining (E)
Dalam era yang sudah over comunication dan juga over iklan ini, pembuat iklan harus kreatif. Pesan yang disampaikan dalam iklan, harus dapat tersampaikan ketika konsumen melihat iklan yang ditayangkan. Lebih lagi, jika kita menginginkan iklan yang kita buat teringat di benak konsumen.
Iklan yang standar mungkin tidak mengesalkan hati konsumen, namun iklan itu juga tidak akan tertanam dalam benak konsumen. Iklan yang baik akan tertanam di benak konsumen. Iklan-iklan tersebut mengandung unsur hiburan. Iklan yang mempunyai sifat menghibur mampu memainkan emosi konsumen untuk tertawa, menyanyi, menari, menangis, atau terharu. Iklan seperti itu mampu mengangkat simpati konsumen terhadap brand yang diiklankan.
6. Relevant (R)
Dalam beriklan, kita dituntut untuk kreatif. Penyampaian iklan tidak harus lugas menunjukkan agar konsumen segera menggunakan iklan yang kita tawarkan. Iklan yang baik harus menggunakan berbagai gaya berbahasa: asosiasi, analogi, hiperbola, metafora, dan lain-lain. Dengan kata lain, iklan bolehlah melantur kemana-mana, dengan syarat harus relevan.
Iklan yang baik harus dapat dipertanggungjawabkan, harus tetap dapat dirasionalisasi, harus ada hubungan dengan brand dari produk yang kita iklankan. Iklan harus relevan dengan brand, baik brand positioning, maupun brand personality.
7. Acceptable (A)
Unsur acceptable atau penerimaan sangat berkaitan dengan budaya yang berlaku di masyarakat. Membandingkan secara langsung produk kompetitor dengan produk yang kita iklankan, dirasa tidak dapat diterima oleh masyarakat. Begitu juga dengan iklan yang menampilkan kekerasan.
Iklan yang baik, adalah iklan yang dapat diterima oleh masyarakat, sesuai dengan nilai budaya setempat. Untuk itu, berpeganglah pada hati nurani. Kita dianugerahi Tuhan sebuah hati nurani yang mampu menuntun kita untuk menilai apakah iklan yang kita buat, sesuai atau tidak dengan nilai-nilai budaya di masyarakat.

Teny Mulia (10507239)
4PA06
Psikologi Konsumen
Univ. Gunadarma


Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Iklan
http://id.shvoong.com/business-management/technology-operations-management/2043798-syarat-syarat-iklan/

http://klubdisainer.blogspot.com/2010/01/iklan-yang-baik-2.html

http://edmonroyankalesaran.blogspot.com/2010/10/struktur-iklan-rumus-aidca.html

BlackBerry Gemini, Si Berry Tanpa Trackball (ArtikeL~Psi.Konsumen)

BlackBerry Gemini, Si Berry Tanpa Trackball
Senin, 12 Oktober 2009 | 07:15 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sejak terjadi booming BlackBerry di Indonesia, barangkali Gemini alias Curve 8520 merupakan satu-satunya handset yang kehadirannya tanpa gembar-gembor. Hal itu mungkin lantaran kisruh soal sertifikasi dan pusat perbaikan, yang sempat membelit Research in Motion beberapa waktu lalu. Anehnya, meski tanpa perhelatan, peminatnya membludak. Prapemesanan yang diselenggarakan para operator sudah mencapai angka ribuan. Indosat, misalnya, sudah mendapat 6.000 pesanan. Telkomsel nyaris 1.000 unit.

Harga awal, yang berada di bawah model BlackBerry sebelumnya, barangkali menjadi daya tarik ponsel pintar ini. Kelasnya memang ada di bawah BlackBerry Curve 8900 alias Javelin, apalagi Bold. Meski demikian, kita sama-sama sudah tahu bahwa harga yang ditetapkan para distributor itu--berkisar dari Rp 3,4 juta sampai Rp 3,5 juta--masih jauh di atas harga di luar negeri, yang hanya sekitar US$ 130 dengan kontrak dua tahun. Apalagi nilai tukar rupiah menguat akhir-akhir ini.

Tapi baiklah. Pada saat para penggila BlackBerry tak sabar menanti barang pesanannya, kami sudah berkesempatan menguji Curve 8520 ini selama sepekan terakhir. Kesan pertama, Gemini menghadirkan sedikit penyegaran dalam desain dan teknologi dari pendahulunya. Mengapa sedikit? Sebab, kelas Gemini memang ada di bawah Javelin, apalagi Bold dan Storm.

Penyegaran pertama ada pada desain bentuk, yang lebih langsing dan ringan ketimbang Javelin. Sudut-sudutnya lebih membulat. Ia 0,4 milimeter lebih tipis ketimbang Javelin dan bobotnya 4 gram lebih ringan. Ukuran layar Gemini dan Javelin relatif sama. Namun, resolusi Gemini lebih kecil dengan 320 x 240 piksel. Bandingkan dengan Javelin, yang 480 x 360 piksel. Adapun koleksi warna keduanya sama saja, 65.536 warna TFT. Dengan resolusi ini, Gemini masih bisa menampilkan gambar yang jernih, meski di bawah Javelin. Hasil jepretan kamera 2 megapikselnya tentu ada di bawah Javelin, yang 3,2 megapiksel.

Perbedaan besar di antara kedua handset itu ada pada sistem navigasi menu. Sementara Javelin memakai bola penjejak (trackball), Gemini malah memakai trackpad, yang berfungsi seperti touchpad pada laptop dalam skala yang sangat kecil. Yang terbiasa memakai trackball seperti pada Javelin dan Bold akan merasa sedikit "aneh" saat memakai trackpad ini. Namun, itu barangkali hanya soal membiasakan diri saja. Bila sudah terbiasa, rasanya akan sama saja. Malah mungkin lebih menguntungkan daripada si bola, yang tak jarang menimbulkan persoalan lantaran debu atau kotoran hingga perlu sering-sering dilumasi dengan minyak kayu putih.

Adapun fitur-fitur lain akan tetap mengingatkan kita pada daya tarik BlackBerry. Mulai keyboard QWERTY yang cukup nyaman dipencet, kecuali mungkin jika Anda memiliki jemari yang relatif besar. Curve 8520 sudah dilengkapi fitur-fitur seperti koneksi nirkabel Wi-Fi dan Bluetooth. Koneksi lain melalui micro-USB. Ia juga memiliki pemutar multimedia, seperti musik digital dan video.

Disebutkan, kemampuan baterainya mencapai 4 jam untuk waktu bicara dan 17 hari standby. Dalam pemakaian tak terlalu berat, ia bisa bertahan 4 hari sebelum diisi ulang. Transfer data pada handset ini bisa melalui GPRS/EDGE. Kecepatan dan ketersediaan jaringannya memang bergantung pada operator seluler.
Pada pengujian kali ini, i-Tempo memakai kartu SIM dari Axis, operator paling anyar yang ikut bermain di pasar BlackBerry di Indonesia. Bila Anda seorang pemula, layanan Axis terbilang mudah diaplikasi.
DEDDY SINAGA

OPINI
Secara umum, BB Gemini sangat memuaskan terutama trackpadnya, benar-benar responsif dan mudah dikendalikan. Yang jelas bebas dari debu dan macet. BB Gemini sangat disarankan untuk pengguna BB yang masih dlm tahap awal belajar, namun tidak menutup kemungkinan juga pada advance user karena "easy take". Kelebihan BB Gemini yaitu harganya yang terjangkau dan fasilitas yang banyak dan bagus, yang meliputi trackpadnya yang sangat responsif, clock speed tinggi 512 Mhz, nyaman digenggam, slim desain, terutama yg edisi white benar-benar "eye catching". Kemudian dengan di tunjang oleh memory internal besar, jadi tidak perlu khawatir kehabisan memory kalau user memakai tidak secara extreem. Meskipun tidak ada 3G, namun masih sering dapat sinyal EDGE jadi tidak masalah. Sedangkan kekurangannya yaitu tidak adanya jaringan 3G dan lampu flash sehingga agak sulit jika digunakan di malam hari atau di tempat gelap, serta keyboard agak keras.

Akan tetapi bila Anda membutuhkan koneksi dan sering berkomunikasi melalui Email, Blackberry Gemini bisa jadi solusi. Tanpa merogoh kocek dalam-dalam, Anda sudah bisa terhubung selalu dengan rekan kerja, sahabat, keluarga atau rekan bisnis Anda. Oleh karena itu, sampai saat ini Blackberry Gemini masih sangat diminati oleh banyak masyarakat Indonesia.

Jumat, 08 Oktober 2010

PSIKOLOGI KONSUMEN

PSIKOLOGI KONSUMEN

A. Pengertian Psikologi Konsumen

Psikologi Konsumen adalah suatu cabang ilmu psikologi yang mempelajari tentang perilaku konsumen dalam membuat suatu keputusan untuk membeli suatu barang atau jasa.

B. Perilaku Konsumen dari Sudut Pandang Psikologi

Perilaku Konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka.Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.
Sementara itu, Blackwell, Miniard, & Engel (2001) menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa . Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2005). Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001).

C. Istilah Konsumen, Konsumsi, Konsumtif, dan Konsumerisme

Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Syarat-syarat konsumen menurut UU PK adalah:
 Pemakai barang dan/atau jasa, baik memperolehnya melalui pembelian
maupun secara cuma-cuma
 Pemakaian barang dan/atau jasa untuk kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain dan makhluk hidup lain.
 Tidak untuk diperdagangkan.
Sebagai contoh dari konsumen yaitu Ayah yang membeli televisi untuk ditonton bersama keluarga setiap harinya.

 Konsumsi

Konsumsi adalah penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ciri-ciri barang konsumsi:
a. Barang yang di konsumsi adalah barang yang dihasilkan oleh manusia.
b. Barang yang di konsumsi ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
c. Barang yang di konsumsi akan habis atau mengalami penyusunan sedikit
demi sedikit sehingga akhirnya tidak dapat digunakan lagi
Tujuan Konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup secara langsung. Contoh bentuk konsumsi yaitu setiap harinya pada saat kita lapar kita membutuhkan makanan, bisa berupa nasi, roti, dll, dan itulah yang disebut dengan konsumsi.

 Konsumtif

Arti kata konsumtif (consumtive) adalah boros atau perilaku yang boros, yang mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Dalam artian luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.
Cahyana (1995) memberikan definisi perilaku konsumtif sebagai tindakan yang dilakukan dalam mengkonsumsi berbagai macam barang kebutuhan. Tambunan (2001) mengatakan bahwa perilaku konsumtif menunjukan pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok.
Berdasarkan dari beberapa pengertian telah dikemukakan, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang ditunjukan untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan tidak terencana terhadap jasa dan barang yang kurang atau bahkan tidak diperlukan. Perilaku ini lebih banyak dipengaruhi oleh nafsu yang semata-mata untuk memuaskan kesenangan serta lebih mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Sehingga tanpa pertimbangan yang matang seseorang begitu mudah melakukan pengeluaran untuk macam-macam keinginan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumtif
Berbicara mengenai perilaku konsumtif, maka tidak lepas dari masalah proses keputusan pembelian. Menurut Assuari (1987), tingkat keinginan seseorang menempati tingkat yang paling tinggi dalam pembelian. Kemudian Assuari (1987) menambahkan bahwa perilaku konsumtif dapat terjadi karena:
1. Pembelian ingin tampak berbeda dari yang lain
Remaja melakukan pembelian atau pemakaian dengan maksud unuk menunjukkan bahwa dirinya berbeda dengan yang lain.
2. Ikut-ikutan
Seseorang melakukan tindakan pembelian hanya untuk meniru orang lain atau kelompoknya dan mengikuti mode yang sedang beredar.
Sarwono (1994), mengatakan bahwa perilaku konsumtif biasanya lebih dipengaruhi oleh faktor emosional dari pada rasio, karena pertimbangan-pertimbangan dalam membuat keputusan untuk membeli atau menggunakan suatu barang dan jasa lebih menitik beratkan pada status sosial, mode dan kemudahan dari pada pertimbanhan ekonomis. Ia menambahkan bahwa perilaku konsumtif berkaitan dengan proses belajar. Artinya dalam perkembangan individu akan belajar bahwa memperoleh suatu barang dan jasa atau melakukan perbuatan tentunya dapat memberikan kesenangan atau justru perasaan tidak enak.
Contoh konsumtif yaitu pada saat kita sedang jalan-jalan ke mall atau supermarket untuk membeli barang yang kita butuhkan, namun secara tidak disengaja Anda membeli barang lain yang menarik perhatian Anda untuk membelinya walaupun sebenarnya barang tersebut tidak Anda butuhkan.

 Konsumerisme
Konsumerisme kata dasarnya adalah konsum yang diambil dari bahasa Inggris yaitu consume yang berarti memanfaatkan atau menghabiskan daya guna suatu barang atau jasa.
Konsumerisme itu sendiri merupakan gerakan konsumen (consumer movement) yang mempertanyakan kembali dampak-dampak aktivitas pasar bagi konsumen (akhir). Dalam pengertian lebih luas, istilah konsumerisme, dapat diartikan sebagai gerakan yang memperjuangkan kedudukan yang seimbang antara konsumen, pelaku usaha dan negara dan gerakan tidak sekadar hanya melingkupi isu kehidupan sehari-hari mengenai produk harga naik atau kualitas buruk, termasuk hak asasi manusia berikut dampaknya bagi konsumer.
Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsumerisme merupakan paham atau gaya hidup yg menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, gaya hidup yg tidak hemat.
Sebagai contoh dari konsumerisme adalah teknologi dan barang-barang elektronik yang ada pada saat ini, yang merupakan barang-barang yang canggih yang membuat kita harus memiliknya dan tidak dapat hidup tanpa adanya barang tersebut, seperti kemelekatan atau ketergantungan misalnya : handphone.

D. Pengaruh Lingkungan terhadap Perilaku Konsumen

• Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.
• Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.
• Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian.
Proses sederhana pengambilan keputusan melalui tiga tahap.
Input ( Pengaruh Eksternal)

Process ( Pengambilan Keputusan Konsumen)

Output ( Prilaku Setelah Keputusan )
Secara umum ada tiga cara/model analisis pengambilan keputusan konsumen, yakni:
1. Economics Models, pengambilan keputusan diambil berdasarkan alas an ekonomis dan bersifat lebih rasional.
2. Psychological Models, diambil lebih banyak akrena lasan psikoligs dan sejumlah faktos sosilogis seperti pengaruh keluarga dan budaya
3. Consumer Behavior Model. Model yang umumnya diambil kebanyakan konsumen, Dilandasi oleh faktos ekonimis rasional dan psikologis.

Teny Mulia
4 PA 06
PSIKOLOGI KONSUMEN
Universitas Gunadarma
Referensi :

 Assuari, A. (1987). Manajemen pemasaran. Jakarta: Rajawali.
 Cahyana, Y.Y. (1995). Iklan televisi dan perilaku konsumtif remaja di perkotaan. Hasil penelitian. Surabaya: Universitas airlangga.
 Sarwono. (1994). Iklan tekevisi dan perilaku konsumtif remaja di perkotaan. www.suarapembaruan.com/news. Akses 20 Maret 2009.
 Tambunan, R. (2001). Remaja dan perilaku konsumtif.www.e-psikologi.com.
 “Perilaku konsumen”, karangan James .F. Engel, Roger .D. Blackwell, Paul .W. http://www.anneahira.com/artikel-umum/perilaku-konsumen.htm
 http://ruzdeeweb.com/?s=pengertian+psikologi+konsumen&x=10&y=12
 http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article&id=96:adni-4410-psikologi-industri&Itemid=74&catid=29:fisip
 http://id.wikipedia.org/wiki/Konsumen
 http://www.indowarta.com/index.php?view=article&catid=102:opini&id=310:budaya-konsumerisme&option=com_content&Itemid=333
 http://ainiyuwanisa.wordpress.com/2009/11/15/perilaku-konsumtif-pada-remaja-terhadap-chatting-tugas-ii/

Selasa, 01 Juni 2010

Modifikasi Perilaku Mahasiswa yang Sulit Bangun Pagi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar mahasiswa, memiliki kecenderungan malas untuk masuk kuliah pada pagi hari. Hal ini menyebabkan seringnya mereka datang tidak tepat waktu (terlambat) ke kampus. Kecenderungan ini berakibat pula pada waktu kuliah selain di pagi hari. Mereka terlambat karena beberapa sebab diantaranya:
Seringnya dosen yang datang tidak tepat waktu,
Sulitnya bangun pada pagi hari,
Macet ataupun hal-hal lain yang tidak terduga,
Tidur yang terlalu malam, dan
Kualitas tidur yang tidak baik.
Kasus yang akan kami tangani disini adalah masalah keterlambatan seorang mahasiswa yang diakibatkan oleh sulitnya mereka untuk bangun tidur pada pagi hari. Kami menangani kasus ini karena kasus ini seringkali dijumpai pada keseharian mahasiswa dan pentingnya merubah perilaku ini agar dapat mengikuti perkuliahan dari awal sampai akhir dimana mahasiswa akan dapat menyerap (memperoleh) semua informasi yang disampaikan oleh dosen.
Selain itu, masalah keterlambatan ini juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkuliahan mahasiswa, seperti di marahi oleh dosen, tidak dapat mengikuti perkuliahan dengan baik, tidak diperbolehkan untuk absen, dapat mengganggu mahasiwa lain yang sedang konsentrasi dalam memperhatikan dosen, tidak dapat menyerap materi dengan sempurna, serta dapat menurunkan prestasi belajar mahasiswa.
Menurut kami masalah keterlambatan perlu segera ditangani karena hal ini menggambarkan sikap mahasiswa dalam menghargai dan memanfaatkan waktu yang mereka miliki sehingga diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk lebih disiplin terhadap waktu.
Di samping itu, masalah keterlambatan juga telah menjadi suatu kebiasaan yang telah melekat pada sebagian besar mahasiswa. Kebiasaan ini harus segera di ubah menjadi suatu kebiasaan yang lebih baik. Oleh karena itu, kami mencoba untuk mengubah atau memodifikasi perilaku tersebut dengan beberapa treatment atau penanganan yang kami anggap cocok dengan masalah ini.

B. Tujuan Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku dalam kasus ini bertujuan untuk mengubah kebiasaan subjek yang di anggap tidak baik menjadi perilaku yang baik atau diharapkan oleh orang lain dan lingkungannya, serta membantu subjek untuk dapat menerapkan kebiasaan baik tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.























BAB II
RANCANGAN MODIFIKASI PERILAKU

A. Biodata Subjek
Nama : G P
TTL : Jakarta, 12 Februari 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Cikarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Gol. Darah : O

B. Masalah Subjek
Subjek mempunyai masalah sering datang terlambat masuk kuliah karena tidak bisa bangun pagi.

C. Tujuan Modifikasi Perilaku Subjek
Tujuan modifikasi perilaku subjek yaitu untuk merubah perilaku subjek agar dapat bangun pagi sehingga tidak terlambat untuk masuk kuliah.

D. Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan pada hari Senin tanggal 22 Februari 2010, pukul 10.00 – 11.00 WIB. Kami menyimpulkan bahwa klien sering datang terlambat masuk kuliah pada jam pertama perkuliahan dikarenakan jarak antara tempat tinggal dan letak kampus cukup jauh dan klien juga mengalami kesulitan untuk tidur lebih awal sehingga klien tidak bisa untuk bangun pagi.

E. Hasil Observasi
Dari hasil observasi yang kami lakukan sebanyak 2 kali yaitu pada tanggal 15 Ferbruari & 18 Februari 2010 dimana pada ke-2 hari tersebut perkuliahan dimulai dari jam pertama yaitu pukul 08.00 WIB. Pada tanggal 15 Februari 2010 klien datang terlambat masuk kelas tepatnya pada pukul 08.45 WIB dengan nafas yang tidak teratur (terengah-engah) serta ekspresi wajah yang yang masih terlihat seperti orang mengantuk. Kemudian pada tanggal 18 Februari 2010 klien juga datang terlambat masuk kelas yaitu pada pukul 08.30 sehingga sesuai perjanjian dengan dosen klien tidak diperbolehkan menandatangani absen (dengan ekspresi wajah yang sangat kecewa).


HARI
TGL
JAM
Masuk kuliah
MATA KULIAH
TERLAMBAT
OBSERVASI
Senin
15/02/2010
08.00
Psikometri
45 menit
- Nafas yang tidak
teratur (terengah-
engah)
- Ekspresi
wajahnya terlihat
seperti masih
sangat ngantuk
Kamis
18/02/2010
08.00
Sosiologi
30 menit
- Panik
- Berkeringat
- Rambut
Berantakan
- Gemetar
- Ekspresi wajah
Kecewa







F. Rancangan Modifikasi Perilaku

1. Stimulus Control
· Penguatan positif
SD Respons Reinforcer
(Mahasiswa) (Datang telat) - Tidak bisa masuk kelas
- Dimarahi dosen
- Ketinggalan pelajaran
- Tidak diperbolehkan
absen
- Tidak disukai teman-
teman karena
menggangu
konsentrasi

· Pemadaman
SΔ Respon Reinforcer
(Mahasiswa) (Datang sebelum - Bisa masuk kelas
perkuliahan dimulai/ - Dapat mengikuti
tepat waktu) kuliah
- Diperbolehkan
absen
- Tidak dimarahi
atau dipuji
Dosen


2. Self Management
Self management adalah penggunaaan strategi modifikasi perilaku untuk merubah perilaku diri sendiri, menggunakan controlling behavior untuk memunculkan controlled behavior.
Langkah-langkah Rancangan Self Management
1. Making decision to engage Self Management
Hal pertama dalam melakukan self management adalah dengan membuat keputusan untuk merubah perilaku subjek, dimana subjek harus membuat kesepakatan terlebih dahulu dengan kami. Hal tersebut bertujuan agar subjek dapat mengikuti dan melaksanakan serangkaian treatment yang telah kami rancang, sehingga treatment dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, diharapkan subjek dapat mengubah kebiasaan datang terlambatnya yang dikarenakan sulit untuk bangun pagi.

2. Defining the target behavior & competing behavior
Pada langkah ini kami menentukkan perilaku apa yang akan diubah dan perilaku apa yang akan dimunculkan. Adapun perilaku yang ingin di ubah yaitu sering terlambat masuk perkuliahan dan akan memunculkan perilaku datang tepat waktu pada perkuliahan.

3. Goals setting
Dalam goal setting ini kami menentukkan tingkatan-tingkatan yang akan dicapai oleh subjek dalam memenuhi program hingga mencapai target perilaku yang di inginkan. Pada masalah ini goal setting yang kami tentukan yaitu subjek harus bisa merubah kebiasaan sulit bangun paginya sehingga dapat bangun lebih awal sesuai dengan waktu yang kami tentukan dan tidak akan terlambat masuk kuliah lagi.

4. Self monitoring
Setelah menetapkan tujuan, langah selanjutnya yaitu self monitoring. Subjek melakukan self monitoring pada dirinya sendiri dengan mengggunakan data sheet dimana subjek harus mengisinya sesuai dengan yang kami inginkan. Dari adanya data sheet tersebut kami dapat melihat dan mengontrol aktivitas subjek serta mengetahui perkembangan yang timbul dari treatment ini.

5. Functional Assesment
Pada tahap ini, kami mengukur variabel yang memiliki kontribusi langsung terhadap kemunculan perilaku target subjek, dan melihat apakah pengukuran variabel tersebut sudah tepat atau tidak. Setelah tepat, maka kami akan menetukan variabel concequences yang akan dijadikan reinforcement dan dapat dilakukan pada tahap selanjutnya. Dalam kasus ini variabel yang memiliki kontribusi langsung adalah terlambat masuk kuliah, dan variabel consequences-nya merupakan hal-hal yang muncul atau akibat apabila subjek terlambat masuk kuliah.

6. Chossing Apropriate Self Management Strategies
Pada tahap ini, kami menentukkan strategi self-management yang tepat bagi diri subjek dalam memodifikasi perilaku dirinya, yaitu berupa :
a. Goal setting & self monitoring
Membantu subjek agar dapat mencapai perilaku target dalam masalah ini, yaitu subjek harus bisa bangun pagi dan tidak terlambat masuk kuliah lagi. Selain itu, subjek juga harus dapat melakukan self-monitoring guna melihat perilakunya sendiri apakah telah ada perubahan atau belum serta mencoba untuk mempertahankan goal setting yang telah dicapainya.

b. Antecedent manipulation
Pada strategi ini, kami melakukan manipulasi pada lingkungan subjek sehingga dapat memunculkan suatu kejadian yang kami inginkan, seperti dengan sengaja mempercepat waktu pada jam subjek, dan meminta bantuan orang rumah subjek, dukungan dari teman-teman, serta menggunakan jam weker. Hal tersebut dilakukan agar subjek terbiasa bangun pagi.

c. Behavioral contracting
Dalam memodifikasi perilaku subjek diperlukan adanya suatu kontrak atau perjanjian dengan subjek. Kami telah membuat suatu kontrak perilaku dengan subjek, dimana subjek harus berperilaku sesuai dengan yang kami inginkan bedasarkan rancangan treatment yang telah kami buat demi mengubah kebiasaan sulit bangun pagi tersebut.

d. Arranging reinforcers & punisher
Kami menyusun penguat-penguat pada strategi ini dengan tujuan agar subjek memunculkan perilaku yang kami harapkan, dan juga menentukan hukuman apabila subjek tidak berperilaku sesuai yang diharapkan. Pada hal ini, penguatnya berupa pujian dari dosen, teman-teman, dan orangtua, sedangkan punisher berupa hukuman dari dosen, seperti di tegur, tidak boleh masuk kelas. Kemudian teman-teman juga bisa menjauhinya karena subjek dianggap mahasiswa yang malas, dan juga di marahi oleh orang tuanya sebab jadi sering bolos kuliah pada pagi hari.

e. Social support
Agar treatment ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, tentunya sangat dipengaruhi oleh dukungan-dukungan yang berasal dari orang-orang terdekat subjek. Dukungan dari orang tua, teman-teman, pacar, dosen, saudara, dan orang-orang terdekatnya sungguh-sungguh dapat mempengaruhi subjek untuk lebih cepat dan mudah untuk bangun pagi.

f. Self instruction & self praise
Dalam strategi ini, subjek diajarkan self instruction untuk dapat memerintahkan dan mengatur dirinya sendiri untuk dapat mencapai target perilaku. Hal ini dapat membantu dalam menyadarkan subjek untuk termotivasi untuk bisa bangun pagi. Selain itu, kami juga menyarankan subjek untuk dapat menerapkan self-praise pada dirinya sendiri, seperti memberikan pujian-pujian kepada dirinya dan merasa bangga apabila sudah bisa untuk bangun pagi dan tidak terlambat masuk kuliah.



TABEL MODIFIKASI PERILAKU

Hari
Tanggal
Jam
Mata Kuliah
Terlambat
Perasaan
Goal
Senin
15 February 2010
08.00
Psikometri
30 menit
Panik, tergesa-gesa, gemetaran, dan berkeringat.

X
Kamis
18 February 2010
08.00
Sosiologi
21 menit
Lemas, lelah, terburu-buru, gugup.

X
Jumat
19 February 2010
09.30
Bimbingan PI
17 menit
Rambut berantakan, agak gugup dan berkeringat.


X
Senin
22 February 2010
08.00
Psikometri
12 menit
sedikit gugup, dan agak berantakan

X
Kamis
25 February 2010
08.00
Sosiologi
6 menit
tidak gugup dan lebih rileks.

X
Jumat
26 February 2010
09.30
Bimbingan PI
Tepat waktu
Senang, tidak perlu terburu-buru dan panik, serta bangga.


V




7. Evaluating Change
Tahap dimana subjek melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dalam self management. Apakah subjek sukses atau tidak dalam menjalani program-program dan pencapaian tujuan perilaku subjek yaitu bisa bangun pagi. Dalam kasus ini, pada awalnya evaluating change terasa sulit bagi subjek, namun lama-kelamaan target perilaku telah menjadi sebuah kebiasaan sehingga subjek terbiasa untuk bangun pagi setiap harinya.

8. Reevaluating Self Management
Setiap evaluasi pasti memiliki 2 hasil yang bipolar yaitu berhasil atau tidak, apa bila tidak berhasil maka harus mengevaluasi ulang strategi yang digunakan dalam modifikasi perilaku ini. Dalam kasus ini Reevaluating self management berhasil.

9. Implementing Maintenance Strategies
Setelah berhasil dalam evaluasinya subjek diharapkan untuk dapat menerapkan perilaku yang telah berhasil di ubah dalam kehidupan sehari-hari. Subjek mampu untuk bangun pagi setiap harinya, baik ada jadwal kuliah maupun tidak dan walaupun tidak dibangunkan atau menggunakan jam weker sekalipun, karena dirinya telah terbiasa. Di samping itu, kebiasaan bangun pagi harus dapat di aplikasikan dalam kehidupannya dan menetapkan perilaku tersebut menjadi suatu kebiasaan baik bagi dirinya dan lingkungannya.


G. Alasan Treatment
Pada masalah ini, kami memilih untuk menggunakan treatment stimulus control dan self management dikarenakan kedua treatment tersebut sangat cocok digunakan untuk masalah-masalah yang kecil atau simple tetapi dapat membawa dampak yang besar dalam kehidupan. Dalam masalah sulit bangun pagi pada mahasiswa ini merupakan masalah kecil, tapi hal ini benar-benar telah menjadi suatu masalah serius yang harus ditanggulangi dengan segera, karena walaupun hanya terlambat kuliah lama-kelamaan bisa mempengaruhi disiplin serta prestasi belajar mahasiswa.

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan treatment yang telah kami lakukan di atas, maka kesimpulan yang kami dapatkan bahwa setiap perilaku yang dianggap tidak baik, mengganggu, atau merugikan dapat di ubah atau di modifikasi dengan treatment-treatment yang sesuai. Modifikasi perilaku juga harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan perjanjian yang ada antara terapis dengan subjek. Dalam permasalahan ini, target perilaku masalah sulit bangun pagi dapat dicapai oleh subjek, dimana subjek telah mampu untuk bangun pagi setiap harinya sehingga tidak terlambat untuk masuk kuliah lagi. Adapun treatment yang kami gunakan untuk memodifikasi perilaku masalah ini ada dua treatment, yaitu stimulus control dan self-management. Kedua treatment tersebut berhasil dalam memodifikasi perilaku subjek serta kami anggap merupakan treatment paling cocok dengan masalah ini.

~by :
Dzanna Maulida (10507069)
Hana Thahir (10507102)
Putri Ines Sasdinasti (10507189)
Teny Mulia (10507239)

Kelas : 3PA06

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA

Selasa, 05 Januari 2010

sikap pekerja dan kepuasan kerja

Psikologi Manajemen

Sikap Pekerja & Kepuasan Kerja

Menurut Martoyo (2000) pengertian kepuasan kerja (job satification) adalah keadaan emosional karyawan yang terjadi maupun tidak terjadi titik temu anatara nilai balas kerja karyawan dan perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang di inginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Untuk informasi lebih lanjut bisa di klik di http://eprints.ums.ac.id/144/1/PARWANTO.pdf

Sementara itu, menurut Heidjrachman dan Husnan mengemukakan beberapa faktor mengenai kebutuhan dan keinginan pegawai, yakni gaji yang baik, pekerjaan yang aman, rekan sekerja yang kompak, penghargaan terhadap pekerjaan, pekerjaan yang berarti, kesempatan untuk maju, pimpinan yang adil dan bijaksana, pengarahan dan perintah yang wajar, dan organisasi atau tempat kerja yang dihargai oleh masyarakat. Apabila ada salah satu dari faktor-faktor kebutuhan dan keinginan pegawai yang tidak dapat dipenuhi maka akan menimbulkan suatu ketidak puasan kerja, seperti tindakan yang dilakukan oleh ratusan para buruh di Cimahi berunjuk rasa menuntut pengembalian uang koperasi senilai 1,3 miliar sebagai tabungan mereka yang diduga telah digelapkan para pengurus koperasi. Para buruh berunjuk rasa dan mengancam mogok kerja jika pihak perusahaan tidak ikut membantu mereka untuk mendesak pengurus koperasi segera mengembalikan uang koperasi kepada buruh. Perwakilan buruh PT Sansan Saudaratex Jaya yang berlokasi di Cibaligo, Cimahi ini mendatangi kantor personalia. Para buruh mengedor-gedor pintu kantor karena kesal atas sikap pihak perusahaan yang hanya bisa berdiam diri atas kasus dugaan penggelapan uang koperasi oleh pengurus senilai 1,3 miliar rupiah. Ratusan buruh ini memilih berunjuk rasa, setelah uang tabungan mereka di koperasi tak juga dikembalikan. Para buruh mengancam terus melakukan mogok kerja jika pihak perusahaan tidak ikut membantu mereka mendesak pengurus koperasi untuk segera mengembalikan uang tabungan mereka, setelah lebih dari 7 bulan tidak juga ada kepastian. Kasus dugaan penggelapan uang koperasi yang telah berjalan 14 tahun dan nilainya mencapai 1,3 miliar rupiah merupakan milik lebih dari 1000 buruh sebagai anggota.

Hal tersebut dapat terjadi karena para buruh merasa tidak adil dan bijaksana sehingga pihak koperasi tega menggelapkan uang tabungan mereka tersebut. Para buruh mengalami ketidakpuasan dan mengancam akan mogok kerja apabila pihak perusahaan tidak membantu mendesak pihak koperasi untuk segera mengembalikan uang mereka, untuk informasi selengkapnya dapat dilihat di http://www.indosiar.com/fokus/81010/demo-buruh--tuntut-uang-koperasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan dan ketidakpuasan kerja menurut Loeke (dalam Sule, 2002) yaitu jenis pekerjaan, rekan kerja, tunjangan, perlakuan yang adil, keamanan kerja, peluang menyumbang gagasan, gaji atau upah, pengakuan kinerja dan kesempatan bertumbuh.

Salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan kepuasan kerja para pegawai serta memotivasi pekerja agar lebih berprestasi yaitu adalah upah atau gaji. Banyak pekerja yang merasa tidak puas karena apa yang dikerjakannya tidak sebanding dengan upah yang mereka dapatkan. Hal ini sering terwujud dalam kegiatan unjuk rasa yang sering kali dilakukan oleh para pekerja demi menuntut kenaikan gaji mereka. Berikut ini contoh kasus pada TEMPO Interaktif, mengenai ratusan karyawan yang berunjuk rasa menuntut kenaikan gaji 20 persen tahun ini. Selain itu, mereka menuntut ekstra bonus tiga kali gaji pokok dan pembuatan format kenaikan gaji bersama antara perusahaan dan serikat pekerja, silahkan bisa di klik di http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=AAAABgFUVgII

Dilihat dari berbagai pendapat dapat disimpulkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka, adalah sebagai berikut : (a) faktor psikologik, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan; (b) faktor sosial merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaanya; (c) faktor fisik yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi karyawan meliputi: jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, keadaan ruangan, suhu, penerangan, kondisi kesehatan karyawan, umur, dan sebagainya; (d) faktor financial adalah faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya.

Salah satu tujuan penting dalam menejemen sumber daya manusia pada suatu organisasi adalah agar terciptanya suatu kepuasan kerja pada tiap anggotanya. Kepuasan kerja tersebut diharapkan dapat mendorong pada terciptanya atau tercapainya suatu tujuan bersama dari organisasi yang bersangkutan. (n_n)”.